Duduk-duduk di pinggir jalan memang mengasyikkan. Ya nggak sih? Disamping bias pasang aksi dan jual tampang, juga ngobrol ke sana ke mari, bercanda ria, dan menikmati pemandangan di depannya. Menggoda orang yang lewat, terutama perempuan juga tidak terlepas dari aktivitas ini. Bahkan sampai berani mengganggu dan merayu. Ya kan? Hayo, ngaku…! Kegiatan seperti ini telah menjadi kesenangan dan membudaya di kalangan kita-kita hari ini. Malahan bukan hanya pemuda-pemudi saja yang menyenangi duduk-duduk di pinggir jalan ini, tapi pada tingkat orang dewasa dan orang tua juga menyukainya. Trus, bagaimana Islam memandang fenomena ini? Nongkrong di Jalanan yang Islami, Adakah? Duduk-duduk di pinggir jalan memang mengasyikkan. Ya nggak sih? Disamping bias pasang aksi dan jual tampang, juga ngobrol ke sana ke mari, bercanda ria, dan menikmati pemandangan di depannya. Menggoda orang yang lewat, terutama perempuan juga tidak terlepas dari aktivitas ini. Bahkan sampai berani mengganggu dan merayu. Ya kan? Hayo, ngaku…! Kegiatan seperti ini telah menjadi kesenangan dan membudaya di kalangan kita-kita hari ini. Malahan bukan hanya pemuda-pemudi saja yang menyenangi duduk-duduk di pinggir jalan ini, tapi pada tingkat orang dewasa dan orang tua juga menyukainya. Di zaman Rasulullah SAW hal ini pun merupakan kesenangan para sahabat, sehingga beliau mewanti-wanti dan memberi batasan tentang adab-adab yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang senang duduk-duduk di pinggir jalan. Suatu hari para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagi kami sesuatu yang tidak dapat kami tinggalkan. Dalam berkumpul itu kami berbincang-bincang." Nabi SAW menjawab, "Kalau memang suatu keharusan, maka berilah jalan itu haknya." Mereka bertanya lagi, "Apa yang dimaksud haknya itu, ya Rasulullah?" Nabi SAW menjawab, "Palingkan pandanganmu dan jangan menimbulkan gangguan. Jawablah tiap ucapan salam dan ber-amar ma'ruf nahi munkar." (HR. Bukhari dan Muslim) Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa nongkrong di jalanan ada aturannya. Yuk kita simak: 1. Palingkan Pandangan. Pandangan mata, sesuatu hal yang membahayakan karena akan mempengaruhi hati dan menggerakkan nafsu birahi yang bergejolak. Walaupun cepatnya pandangan secepat larinya anak panah dari busurnya, ia akan menyangkut dalam hati. Dan hati bisa menyeret pada keinginan untuk melampiaskan hasratnya itu. Karena berbahayanya pandangan mata itu, Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan mata. Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya…” (QS. An-Nuur: 30) Ibnu Qayyim berkata, "Pandangan mata adalah penyebab dan penggerak utama adanya nafsu birahi, maka menjaga pandangan mata merupakan penjagaan atas kemaluan.” 2. Jangan Mengganggu. Nongkrong-nongkrong di pinggir jalan terasa kurang asyik bila tidak menggoda dan mengganggu orang. Gatal lidah rasanya bila tidak melontarkan kata-kata pada orang yang lewat di depan matanya. Keinginan itu pastilah muncul bagi orang yang senang duduk-duduk di pinggir jalan, bahkan ada juga yang tujuannya memang demikian. Rasulullah SAW memberikan persyaratan untuk tidak mengganggu orang, bila pekerjaan nongkrong di pinggir jalan ini tidak bisa ditinggalkan. "Kaffuladzai", maka jangan menimbulkan gangguan. 3. Membalas Ucapan Salam. Islam telah mengatur tentang adab-adab salam sedemikian rupa, yang mencakup hukum memberi salam, hukum menjawabnya dan siapa yang lebih duluan salam. Apabila berjumpa sesama muslim, Rasulullah memerintahkan untuk saling mengucapkan salam. Yang muda mendahului memberi salam kepada yang tua, yang lewat kepada yang duduk, yang berkendaraan kepada yang berjalan kaki, yang berjumlah sedikit kepada yang banyak, dan laki-laki memberi salam kepada wanita. Wanita dilarang memberi salam kepada laki-laki. Berdosa hukumnya bila ada salam tidak dijawab, karena hukum menjawab salam adalah wajib. Maka dengan itu Rasulullah memerintahkan untuk selalu menjawab salam orang yang lewat ketika kita nongkrong di pinggir jalan. 4. Ber-amar Ma'ruf Nahi Munkar. Bila suatu ketika di depan mata kita terjadi kezaliman, jangan sampai dibiarkan terjadi tanpa kita turun untuk mencegahnya. Sudah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Cegahlah dengan tangan, atau dengan hati, tapi itu selemah-lemahnya iman. Jangan biarkan kemungkaran terjadi di depan mata kita, apalagi kita mampu untuk mencegahnya. Jika kita membiarkan, tunggulah siksa Allah di hari pembalasan kelak. "Sesungguhnya Allah Azza Wajalla tidak menyiksa awam karena perbuatan dosa orang-orang yang khusus sehingga mereka melihat kemungkaran di hadapan mereka dan mereka mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak mencegahnya. Kalau mereka berbuat demikian maka Allah menyiksa yang khusus dan yang awam." (HR. Ahmad dan At-Thabrani). 5. Tunjuki Jalan Bagi Orang yang Bertanya. Kewajiban lainnya bagi orang-orang yang duduk-duduk di pinggir jalan adalah memberikan bantuan dan menerangkan dengan jelas bagi orang yang memerlukan bantuan tersebut. Layani dengan baik, tanya apa keperluannya, mau ke mana, dan jawablah dengan baik lantas tunjuki jalan atau tempat yang dia cari, lebih baik lagi kalau diantarkan ke tempat yang dituju. Nabi SAW pernah mendatangi serombongan orang yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan, lalu beliau berkata, "kalau memang harus kamu lakukan maka balaslah ucapan salam dan tolonglah orang yang dizalimi. Tunjuki jalan bagi orang yang bertanya." (HR. Abu Daud) Ingat, bila hal-hal ini tidak bisa dilaksanakan, maka sebaiknya menghindari untuk duduk-duduk di pinggir jalan. Nongkrong di jalanan membuka peluang untuk mengerjakan maksiat dan terus menambah tabungan dosa kita, yang akan dipertanggungjawabkan di hari kemudian. Pekerjaan yang demikian bila kita jauhi akan menghindarkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna, dan ini merupakan ciri orang beriman yang beruntung. Moga bisa ya… wallahua’lam bisshowab. Penulis: Muhammad Nasrul Beliau adalah santri di PPI Al-Izzah Jombang, yang kini berminat untuk menekuni dunia pemikiran Islam serta dunia kepenulisan. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di beberapa majalah. Diantaranya: 1. Majalah Mentari (Jawa Pos Group), Surabaya 2. Majalah Adzkia, Solo 3. Majalah An-Najah, Solo 4. Majalah Ar-Risalah, Solo Dara muda kelahiran 2 Februari 1992 ini selain belajar ilmu Dien di pesantren, Beliau sekarang juga sibuk menyusun buku bertemakan motivasi remaja. Meski demikian, prestasi akademik Beliau tidak pernah menurun. Beliau bisa menyusun jadwal antara kegiatan Pondok dan kepenulisannya. Dalam prestasi, Beliau selalu masuk tiga besar. Alamat: PPI Al-Izzah Dsn. Tragal Ds. Kedungpapar Kec. Sumobito, Jombang 61483 Email: mnasrul02@gmail.com Weblog: http://nasrulzone.blogspot.com Demikian, jika ada kesalahan penulisan atau kesalahan data harap dimaklumi. Atas segala sesuatunya, jazakumullah khoiron jaza.
Sabtu, 18 Februari 2012
Nongkrong di Jalanan yang Islami, Adakah?
Sabtu, Februari 18, 2012
Duduk-duduk di pinggir jalan memang mengasyikkan. Ya nggak sih? Disamping bias pasang aksi dan jual tampang, juga ngobrol ke sana ke mari, bercanda ria, dan menikmati pemandangan di depannya. Menggoda orang yang lewat, terutama perempuan juga tidak terlepas dari aktivitas ini. Bahkan sampai berani mengganggu dan merayu. Ya kan? Hayo, ngaku…! Kegiatan seperti ini telah menjadi kesenangan dan membudaya di kalangan kita-kita hari ini. Malahan bukan hanya pemuda-pemudi saja yang menyenangi duduk-duduk di pinggir jalan ini, tapi pada tingkat orang dewasa dan orang tua juga menyukainya. Trus, bagaimana Islam memandang fenomena ini? Nongkrong di Jalanan yang Islami, Adakah? Duduk-duduk di pinggir jalan memang mengasyikkan. Ya nggak sih? Disamping bias pasang aksi dan jual tampang, juga ngobrol ke sana ke mari, bercanda ria, dan menikmati pemandangan di depannya. Menggoda orang yang lewat, terutama perempuan juga tidak terlepas dari aktivitas ini. Bahkan sampai berani mengganggu dan merayu. Ya kan? Hayo, ngaku…! Kegiatan seperti ini telah menjadi kesenangan dan membudaya di kalangan kita-kita hari ini. Malahan bukan hanya pemuda-pemudi saja yang menyenangi duduk-duduk di pinggir jalan ini, tapi pada tingkat orang dewasa dan orang tua juga menyukainya. Di zaman Rasulullah SAW hal ini pun merupakan kesenangan para sahabat, sehingga beliau mewanti-wanti dan memberi batasan tentang adab-adab yang harus dipenuhi oleh orang-orang yang senang duduk-duduk di pinggir jalan. Suatu hari para sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagi kami sesuatu yang tidak dapat kami tinggalkan. Dalam berkumpul itu kami berbincang-bincang." Nabi SAW menjawab, "Kalau memang suatu keharusan, maka berilah jalan itu haknya." Mereka bertanya lagi, "Apa yang dimaksud haknya itu, ya Rasulullah?" Nabi SAW menjawab, "Palingkan pandanganmu dan jangan menimbulkan gangguan. Jawablah tiap ucapan salam dan ber-amar ma'ruf nahi munkar." (HR. Bukhari dan Muslim) Dari hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa nongkrong di jalanan ada aturannya. Yuk kita simak: 1. Palingkan Pandangan. Pandangan mata, sesuatu hal yang membahayakan karena akan mempengaruhi hati dan menggerakkan nafsu birahi yang bergejolak. Walaupun cepatnya pandangan secepat larinya anak panah dari busurnya, ia akan menyangkut dalam hati. Dan hati bisa menyeret pada keinginan untuk melampiaskan hasratnya itu. Karena berbahayanya pandangan mata itu, Allah memerintahkan untuk menundukkan pandangan mata. Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya…” (QS. An-Nuur: 30) Ibnu Qayyim berkata, "Pandangan mata adalah penyebab dan penggerak utama adanya nafsu birahi, maka menjaga pandangan mata merupakan penjagaan atas kemaluan.” 2. Jangan Mengganggu. Nongkrong-nongkrong di pinggir jalan terasa kurang asyik bila tidak menggoda dan mengganggu orang. Gatal lidah rasanya bila tidak melontarkan kata-kata pada orang yang lewat di depan matanya. Keinginan itu pastilah muncul bagi orang yang senang duduk-duduk di pinggir jalan, bahkan ada juga yang tujuannya memang demikian. Rasulullah SAW memberikan persyaratan untuk tidak mengganggu orang, bila pekerjaan nongkrong di pinggir jalan ini tidak bisa ditinggalkan. "Kaffuladzai", maka jangan menimbulkan gangguan. 3. Membalas Ucapan Salam. Islam telah mengatur tentang adab-adab salam sedemikian rupa, yang mencakup hukum memberi salam, hukum menjawabnya dan siapa yang lebih duluan salam. Apabila berjumpa sesama muslim, Rasulullah memerintahkan untuk saling mengucapkan salam. Yang muda mendahului memberi salam kepada yang tua, yang lewat kepada yang duduk, yang berkendaraan kepada yang berjalan kaki, yang berjumlah sedikit kepada yang banyak, dan laki-laki memberi salam kepada wanita. Wanita dilarang memberi salam kepada laki-laki. Berdosa hukumnya bila ada salam tidak dijawab, karena hukum menjawab salam adalah wajib. Maka dengan itu Rasulullah memerintahkan untuk selalu menjawab salam orang yang lewat ketika kita nongkrong di pinggir jalan. 4. Ber-amar Ma'ruf Nahi Munkar. Bila suatu ketika di depan mata kita terjadi kezaliman, jangan sampai dibiarkan terjadi tanpa kita turun untuk mencegahnya. Sudah merupakan kewajiban bagi seseorang untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Cegahlah dengan tangan, atau dengan hati, tapi itu selemah-lemahnya iman. Jangan biarkan kemungkaran terjadi di depan mata kita, apalagi kita mampu untuk mencegahnya. Jika kita membiarkan, tunggulah siksa Allah di hari pembalasan kelak. "Sesungguhnya Allah Azza Wajalla tidak menyiksa awam karena perbuatan dosa orang-orang yang khusus sehingga mereka melihat kemungkaran di hadapan mereka dan mereka mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak mencegahnya. Kalau mereka berbuat demikian maka Allah menyiksa yang khusus dan yang awam." (HR. Ahmad dan At-Thabrani). 5. Tunjuki Jalan Bagi Orang yang Bertanya. Kewajiban lainnya bagi orang-orang yang duduk-duduk di pinggir jalan adalah memberikan bantuan dan menerangkan dengan jelas bagi orang yang memerlukan bantuan tersebut. Layani dengan baik, tanya apa keperluannya, mau ke mana, dan jawablah dengan baik lantas tunjuki jalan atau tempat yang dia cari, lebih baik lagi kalau diantarkan ke tempat yang dituju. Nabi SAW pernah mendatangi serombongan orang yang sedang duduk-duduk di pinggir jalan, lalu beliau berkata, "kalau memang harus kamu lakukan maka balaslah ucapan salam dan tolonglah orang yang dizalimi. Tunjuki jalan bagi orang yang bertanya." (HR. Abu Daud) Ingat, bila hal-hal ini tidak bisa dilaksanakan, maka sebaiknya menghindari untuk duduk-duduk di pinggir jalan. Nongkrong di jalanan membuka peluang untuk mengerjakan maksiat dan terus menambah tabungan dosa kita, yang akan dipertanggungjawabkan di hari kemudian. Pekerjaan yang demikian bila kita jauhi akan menghindarkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna, dan ini merupakan ciri orang beriman yang beruntung. Moga bisa ya… wallahua’lam bisshowab. Penulis: Muhammad Nasrul Beliau adalah santri di PPI Al-Izzah Jombang, yang kini berminat untuk menekuni dunia pemikiran Islam serta dunia kepenulisan. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di beberapa majalah. Diantaranya: 1. Majalah Mentari (Jawa Pos Group), Surabaya 2. Majalah Adzkia, Solo 3. Majalah An-Najah, Solo 4. Majalah Ar-Risalah, Solo Dara muda kelahiran 2 Februari 1992 ini selain belajar ilmu Dien di pesantren, Beliau sekarang juga sibuk menyusun buku bertemakan motivasi remaja. Meski demikian, prestasi akademik Beliau tidak pernah menurun. Beliau bisa menyusun jadwal antara kegiatan Pondok dan kepenulisannya. Dalam prestasi, Beliau selalu masuk tiga besar. Alamat: PPI Al-Izzah Dsn. Tragal Ds. Kedungpapar Kec. Sumobito, Jombang 61483 Email: mnasrul02@gmail.com Weblog: http://nasrulzone.blogspot.com Demikian, jika ada kesalahan penulisan atau kesalahan data harap dimaklumi. Atas segala sesuatunya, jazakumullah khoiron jaza.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar