Kebanyakan orang menikmati akses internet dari warung-warung internet (warnet) yang bagai jamur di musim hujan, berdiri dimana-mana. Sebagian yang lain mengaksesnya lewat komputer jinjing (laptop) melalui fasilitas hot spot area yang kini tersebar dimana-mana, ataupun menggunakan fitur beberapa merk handphone yang memang menyediakannya. Internet telah membudaya.
Kemudian tanpa sedikitpun bermaksud menafikkan dampak negatifnya, tidak dipungkiri banyak orang menjadikan internet sebagai sumber ilmu pengetahuan. Karena memang bermacam disiplin ilmu dapat didapati pada sarana ini. Internet kerap dijadikan refrensi utama atas pengambilan bermacam sikap dan pandangan. Termasuk didalamnya referensi untuk bidang ilmu-ilmu keislaman. Kenyataan yang menjadi sebuah keniscayaan dimasa ini.
Kurang Tergarap
Jika boleh jujur, sebanyak pengetahuan penulis ternyata masih begitu jarang kalau tidak dikatakan langka ormas, lembaga dakwah atau lembaga pendidikan Islam yang serius menancapkan media dakwahnya melalui media internet. Kalaupun ada, sedikit sekali benar-benar konsisten up to date menyajikan dakwah lewat media ini. Kebanyakan berita atau artikel yang disajikan telah out of date, artinya seringkali jauh tertinggal jika dihadapkan problematika umat terhadap bermacam peristiwa dan realitas yang sedang terjadi atau berkembang ditengah kehidupan masyarakat. Padahal, betapa banyak orang mengandalkan internet sebagai penjawab segera atas berbagai masalah yang dihadapinya. Termasuk soal fatwa ataupun hukum atas berbagai peristiwa.
Perbanyak Menanam
Internet bak ladang subur yang dapat ditanam apa saja. Setiap orang di seluruh dunia secara free dapat mengupload kesan, opini, ide dan gagasannya. Semakin besarnya kebutuhan informasi orang didunia pada akhirnya menjadikan berbagai media semakin laris untuk digunakan. Tidak terkecuali media internet.
Dari sini agaknya diperlukan penyegaran pemahaman terhadap strategisnya peran internet dalam kehidupan dakwah umat Islam. Karena tidak dapat disangkal, mendengar kata internet saja, beberapa orang langsung berkata emoh dan merasa sangat riskan. Pesantren sebagai basis pendidikan umat Islam pun sudah saatnya lebih terbuka terhadap masalah penting ini. Sehingga dakwah yang selama ini, masih lebih banyak bersifat billisan dan bilhal dapat lebih diluaskan dan diteruskan hingga bilkitabah (via internet), lewat tulisan-tulisan ataupun video dakwah yang tersebar di media internet. Meski tentu tidak mudah, jalan terjal harus dilalui untuk sebuah gebrakan besar ini.
0 komentar:
Posting Komentar