Kamis, 16 Februari 2012

Ternyata, BOYBAND Bisa Bikin Kita Jadi Hedonis!

Kamis, Februari 16, 2012

Ini nih... tulisan nasrul terbaru tentang yang lagi nge-'in' di jagat muda. yups, apalagi kalu nggak BOYBAND. Boy band, siapa sih yang nggak tahu. Semua orang tahu kata ini. Yups, Boy band adalah jenis kelompok musik pop atau R&B yang terdiri dari tiga anggota atau lebih, semua penyanyinya laki-laki muda (kalau Girl band, tentu cewek dong!) Yang biasanya punya tampang ‘keren abiz’. AWAS! BOY BAND = HEDONIS Oleh: Muhammad Nasrul
Boy band, siapa sih yang nggak tahu. Semua orang tahu kata ini. Yups, Boy band adalah jenis kelompok musik pop atau R&B yang terdiri dari tiga anggota atau lebih, semua penyanyinya laki-laki muda (kalau Girl band, tentu cewek dong!) Yang biasanya punya tampang ‘keren abiz’. Selain menyanyi biasanya juga diikuti menari or ‘dance’ dalam pertunjukan mereka. Tidak seperti grup band, boy band tidak memainkan alat musik. Mereka hanya fokus menyanyi dan ber’dance’ ria menghibur remaja yang memuja-mujanya. Kini, di salah satu stasiun televisi swasta Boy Band dilombakan. Dengan audisi yang cukup ketat di kota-kota besar, kelompok-kelompok Boy Band yang terpilih bisa unjuk kebolehannya di layar kaca. So, untuk menjadi seperti para idolanya, para pemirsa seakan dibukakan jalan lebar menuju ke sana. Bagi para peserta, lolos audisi dan berhak berlaga di babak final berarti jalan menuju ketenaran kian terbuka lebar. Sebab, boyband dengan wajah eye catching, cool, dan penampilan yang menawan udah pasti menjadi bintang pujaan para wanita. Ini berarti alamat kebanjiran order dan penghargaan guna memancing pasar remaja. Seperti yang pernah terjadi pada boyband Blue, Westlife, F4 atau lainnya. Bayangin aja, Blue sempet dikontrak untuk menjadi model iklannya produk softdrink Pepsi dengan bayaran sebesar 50 juta poundsterling; Westlife berhasil mengoleksi sertifikat platinum sebanyak 52. Kebayang dong berapa juta kopi album mereka yang terjual. Banyak! Kesuksesan yang sama juga diraih boyband Asia, F4, yang dalam waktu 6 bulan aja, grup ini sukses meraup omset 150 juta dolar Taiwan. Gimana nggak tergoda jadi boyband. Populer, tajir, dan dipuja para wanita. Mana tahaaan! Bagi para penonton wanita, sepertinya menikmati wajah tampan menjadi daya tarik tersendiri. Dalam obrolan cewek, udah jadi tren punya idola yang layak dipuja, yang mengisi ruang imajinasinya, dan ditempel posternya di kamar tidur. Inilah yang memancing kehadiran mereka dalam setiap konser-konser boxband tanah air maupun mancanegara. Siapa tahu ada yang bisa dijadiin idola baru. Kok bisa ya? Kenapa nggak. Inikan wajar. Demi memenuhi naluriah standar manusia yang suka kepada lawan jenis, pasti cewek/cowok suka curi-curi pandang bin cari perhatian plus cari kecengan. Basi banget kalo nggak punya idola yang cute bin charming. Emang basi kalo nggak punya idola. Maraknya kepedulian pihak produsen tv dalam menggali potensi remaja kian disambut baik oleh masyarakat. Khususon oleh generasi muda. Remaja merasa punya wadah untuk menyalurkan bakat dan menunjukkan kemampuan yang dimiliki. Sehingga pantas diorbitkan untuk jadi penyanyi solo, boyband, group band, komedian, hingga juru dakwah. Menjadi idola seperti diidamkan banyak remaja. Merupakan status yang menjanjikan banyak materi. Udah gitu, popularitas dengan cepat diraih karena setiap lika-liku kehidupannya pun tak lepas dari sorotan kamera dan headline media massa. Padahal status selebriti yang disandangnya menuntut kehidupan glamour dengan biaya yang nggak sedikit. Otomatis tingginya ongkos hidup untuk tetep eksis sebagai bintang dan demi mempertahakan ketenaran memaksanya berlari mengejar materi. Yup, mereka mesti berlari dalam track gaya hidup hedonis tanpa garis finish jika tak ingin disalip idola-idola baru. Tanpa disadari, kelahiran idola-idola baru turut mempopulerkan budaya hedonis di tengah masyarakat. Sebuah budaya yang mendorong para pelakunya untuk berfoya-foya dan ngabisin waktunya demi ngegeber pemenuhan kesenangan duniawi. Kehidupan mewah yang mereka pertontonkan, atau kemolekan tubuh yang mereka obral menjadi ikon kebahagiaan dunia. Walhasil, masyarakat secara umum, terutama para penggemarnya terhanyut dalam pemujaan terhadap sosok idola. Bahaya tuh! Banyak yang berpikir kalo kekayaan dan ketenaran itu menyenangkan en membahagiakan. Padahal apa yang kita pikir dan kita lihat menyenangkan di dunia, kenyataan berbicara sebaliknya. Kekayaan yang berlimpah dan popularitas bisa bikin kita nggak pernah merasa puas. Yang ada, kita malah jadi konsumtif dan kufur nikmat. Terlebih lagi banyak hal yang nggak bisa dibeli dengan harta dan popularitas. Karena itu, jangan biarkan kecintaan terhadap materi dan popularitas menguasai diri kita. Jangan biarkan dunia hiburan menghanyutkan diri kita dalam budaya hedonis. Jangan biarkan kehadiran idola baru memaksa kita memuja mereka. Pokoknya jangan biarkan deh (bukan ngancem, tapi maksa!) Bener sobat. Kita kudu nyadar, kalo hidup kudu punya aturan maen yang jelas. Kita yang udah gede ini pantes punya kemandirian dan standar buat ngukur perilaku yang mau kita kerjain. Nggak asal ngikut ajakan temen, terjebak oleh opini media massa, atau malah pake prinsip trial and error. Waduh berabe kalo gitu mah. Sama aja kita mempertaruhkan hidup kita. Padahal kita nggak pernah tahu sampe kapan Allah ngasih izin kita menghirup oksigennya dengan gratis. Makanya, pantes rasanya kita sebagai remaja Muslim pake aturan hidup Islam untuk jinakkin hawa nafsu kita.

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

 

© 2013 BUKU CATATAN MEDIA. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top