Desa
Sedayulawas menyimpan banyak
keunikan untuk digali. Kali ini, tim
nasrulzone berhasil menghimpun lafal-lafal
khas yang ada di desa Sedayulawas untuk disajikan kepada kamu-kamu
SedayulawasLovers. Well, langsung aja simak yuk.
1.
Megilan (ungkapan sangat)
Selain ungkapan
yang dilebay alaykan semacam: elek, menjadi: uelek. Yang berarti sangat atau
berlebihan. Yang biasanya digunakan pada kata sifat. Di desa Sedayulawas juga
memiliki ungkapan tersendiri yang berarti berlebihan. Ungkapan tersebut adalah
“Megilan”. Di dalam kamus bahasa manapun, kata ini tidak didapatkan. Mungkin
pakar budaya Sedayulawas kali ya yang harus membuat kamus resmi
bahasa danbudaya Sedayulawas. Hehehe…
PendudukSedayulawas sendiri mengartikan kata ini layaknya kata “Banget” dalam bahasa
Indonesia. Ataupun ungkapan yang tidak memiliki arti dalam bahasa Indonesia,
namun bermaksud sama dengan kata “Banget” atau “Sekali”. Selain itu, kata ini
juga sering disejajarkan dengan kata lain sehingga menjadi ungkapan khas
Sedayulawas. Seperti, “Lha gak megilan…!”.
Ada lagi
ungkapan yang bermakna melebih-lebihkan, yaitu “Cuah”. Dalam pengucapannya
terdapat penekanan nada pada huruf “U”. Namun, sepanjang pengamatan penulis, ungkapan
ini juga bias ditemukan di daerah-daerah lain.
2.
Parek (dekat)
Parek adalah
kata khas yang sering diungkapkan oleh penduduk desa Sedayulawas untuk
menunjukkan jarak dekat. Di daerah lain menggunakan kata “Cedak” untuk
menunjukkan maksud yang sama. Para pendatang, ataupun orang yang bukan asli
penduduk Sedayulawas biasanya masih menggunakan “Cedak” dalam percakapan
kesehariannya, meskipun tak jarang mereka juga menggunakan kata “Parek”, karena
telah ada asimilasi budaya di dalamnya.
Arti kata
“Parek” adalah “Dekat”.
3.
Pelas (daerah lain: gimbal jagung)
Pelas mempunyai
tempat tersendiri di hati
masyarakat Sedayulawas. Yaitu sebuah makanan khas
berupa tumbukan jagung muda dengan campuran bumbu-bumbu tertentu kemudian
digoreng. Jajanan ini mudah ditemukan di sepanjang jalan di desa Sedayulawas.
Di tempat lain, jajanan ini biasanya disebut dengan “Gimbal Jagung” atau juga
“Dadar Jagung”. Namun, di Sedayulawas Pelasnya cukup khas, karena terdapat
udang di dalamnya. Maka tak salah, terdapat celetukan “Ada udang dibalik
Pelas.”
4.
Riyo-riyo (lebaran)
Orang
nonSedayulawas biasanya tertawa geli mendengar orang Sedayulawas menyebut hari
raya Idhul Fitri atau lebaran mereka. Karena tidak pada umumnya, masyarakat
Sedayulawas menyebut hari lebaran dengan “Riyo-riyo”. Pengulangan dua kata
“Riyo”. Tidak seperti di daerah lain yang biasanya menyebut dengan istilah
“Riyoyo”, yaitu dengan pengulangan suku kata “Yo” sebanyak dua kali. Ataupun
“Bodo”, di daerah lainnya.
5.
Cong (panggilan untuk anak laki-laki)
Tidak hanya di
desa Sedayulawas, kata panggilan untuk anak laki-laki “Cong” juga dipakai di
daerah lainnya. Setahu penulis, daerah Lamongan utara, Tuban, juga sebagian
Bojonegoro juga menggunakan kata panggilan ini. Entah kebetulan atau apa, kata
panggilan ini juga digunakan penduduk Madura dalam panggilan kepada anak-anak
laki-laki di sana.
6.
Banget (untuk suara keras)
Kalau di daerah
lain menyebut suara yang terlalu keras dengan sebutan “Banter”, maka masyarakat
Sedayulawas mempunyai kata sendiri, yaitu “Banget”. Dalam bahasa Indonesia
berarti suara yang keras, memekakkan telinga atau kata sifat yang khusus
diperuntukkan untuk suara.
7.
Ndolok (berhenti)
Kalau diartikan
ke dalam bahasa Indonesia, kata “Ndolok” mendekati makna “Berhenti”. Namun
dalam penggunaannya di keseharian, “Ndolok” tidak bias diartikan berhenti.
Penduduk Sedayulawas mengartikan kata ini dengan “berhenti dalam melakukan
aktifitas” atau “berdiam dari melakukan aktifitas”. Di daerah lain, kata ini
mendekati kata “Meneng” (dalam aktifitas) atau “Mandek” (berhenti).
Di
desaSedayulawas, kata “Mandek” juga dipakai. Karena antara “Mandek” dan “Ndolok”
mempunyai penempatan penggunaan tersendiri.
Itu tadi tujuh lafal di desa
Sedayulawas yang berhasil dihimpun tim nasrulzone untuk kamu-kamu yang ingin
tahu budaya Sedayulawas lebih lanjut. So, kamu pun mesti bangga jadi orang
Sedayulawas dengan budayanya yang unik ini.
Akhirnya, setiap daerah mempunyai
hal-hal yang khas masing-masing. Tergantung kita bagaimana menyikapi budaya
khas setiap daerah itu. Peribahasa mengatakan, Dimana Bumi Dipijak, Disitu
Langit Dijunjung.