Kamis, 05 Mei 2011

Mereka Tidak Rela Islam Berjaya




“Dan tidak akan rela orang-orang Yahudi dan Nasrani kepada kamu, hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqoroh: 120)

Begitulah sifat kaum Yahudi dan Nasrani yang tergambar jelas di dalam Al-Qur’an. Sedetik pun mereka tidak akan pernah rela melihat umat Islam berdiri kokoh di atas pijakan Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan berbagai cara, mereka kan gigih ‘berjuang’ meruntuhkan kelanggengan Islam. Atau bila perlu, mereka memaksa kaum muslimin untuk masuk agama- agama mereka.

Di dalam tafsirnya, Ibnu Katsier berpesan, “…karena itu tidak usah menjilat-jilat atau merendah-rendah pada mereka, kerahkanlah tenaga dan usahamu pada apa yang ditugaskan Allah kepadamu untuk mencapai ridho Allah semata.

Ketidakrelaan mereka sudah tercatat dengan jelas di dalam sejarah. Dimulai ketika Islam bertunas indah di Madinah. Saat kaum muslimin hidup berdampingan dengan umat Yahudi di bawah naungan Islam. Selama bebera

pa saat memang bisa hidup damai, namun sifat iri dan dengki yang ada di dalam dada-dada mereka membuata kaum Yahudi mengkhianati perjanjian yang telah disepakati. Dengan bersekongkol bersama musyrikin Makkah, mereka membuat berbagai makar untuk menjatuhkan Islam. Maka dimulailah tabuh genderang ketidakrelaan mereka, sejak saat itu.

Salah satu peristiwa yang sangat menampakkan permusuhan mereka adalah saat perang Khodaq berkecamuk. Pasukan gabungan kafir Quraisy dan Yahudi Madinah yang berjumlah 10.000 pasukan memporak-porandakan kaum muslimin. Namun, Allah mengirimkan pasukan tidak kasat mata Nya untuk membantu kaum muslimin memenangkan pertempuran. Selain itu, mereka juga menyusupkan orang0orang munafik ke dalam tubuh barisan Islam. Dalam sejarah, kita mengenal sosok Abdullah bin Ubay Bin Salul denagan segala sepak terjangnya menjadi musuh dalam selimut. Begitu pun Musailamah Al-Kadzab dengan berbagai tipu daya dan kebohongannya. Dan tokoh-tokoh munafik lain yang tak sedikit jumlahnya. Semua itu hanya demi satu tujuan; menghancurkan Islam.

Selain Yahudi, kaum Nasrani pun tak kalah getolnya dalam memusuhi Islam. Sejarah mencatat, konfrontasi pertama tentara Nasrani dengan kaum muslimin terjadi pada masa kekholifahan Umar bin Khatab. Yaitu dalam perang Yarmuk. Di bawah pimpinan Raja Heraklius, tepat tanggal 20 Agustus 636 tentara Romawi Kristen dikalahkan telak oleh pasukan Islam. Meski jumlah pasukan dan peralatan perang mereka jauh lebih unggul.

Kekalahan kaum Salibis tak membuat mereka patah arang, pada tahun 1099, denagn 40.000 pasukan mereka mencoba membalas kekalahan denagan menaklikkan Jerussalem yang saat itu hanya dijaga 10.000 tentara Islam. Umat Islam mengalami kekalahan. Dengan sangat bengis dan kejamnya, mereka membunuh secara membabi buta, tak mengecualikan perempuan, anak-anak dan para manula. Hingga

tumpukan mayat dapat ditemui dimana-mana saat itu.

Maka muncullah Sholahudin Al-Ayyubi, sosok yang berhasil merebut kembali tanah Jerussalem ke tangan Islam. Peristiwa yang terjadi tepat 2 Oktober 1187 itu pun menggoncangkan basis kekuatan Kristen di Eropa, hingga mereka berencana menyusun perang kembali. Perang Salib balasan di bawah pimpinan Richard Lion Heart, 72.000 tentara Islam yang menjadi tawanan perang dibantai massal. Namun, kemenangan mereka tidak berlangsung lama, serangan balasan oleh kaum muslimin di bawah pimpinan Kholifah Malik Ath-Thohir berhasil membawa Jerussalaem kembali ke pelukan Islam.

Di tempat yang berbeda, kaum salib menunjukkan taring permusuhannya kepada Islam. Pada tahun 1499, Kardinal Him

ener de Cisneror si Spanyol memulai gerakan pemurtadan. Usaha iini dimulai denagn pembakaran buku-buku Islam terutama buku-buku berbahasa Arab. Di saat yang sama dibentuklah Mahkamah Pengadilan Katolik untuk mengadili uamt Islam yang masih tetap tinggal di situ. Dirasa kurang efektif, pada tahun 1504 Raja mengeluarkan surat keputusan resmi agar kaum muslimin keluar dari Islam.

Pada tahun 1666, di bawah pimpinan raja Philip II dikeluarkan perintah agar bahasa, agama, adat istiadat yang berbau Islam dibuang jauh-jauh. Perintah inni dipertegas oleh raja Philip III di tahun 1609, denagn mengusir seluruh kaum muslimin dari bumi Spanyol. Salam kurun waktu 25 tahun saja, 3 juta uamat Islam dibantai secara massal. Tidak hanya kaum musliminnnya saja yang dibakar, tapi semua peninggalan sejarah dan peradaban Islam dibumihanguskan. Konon, saking banyaknya buku-buku khazanah Islam, buku-buku bernafaskan Islam ters

ebut tak habis menjadi bahan bakar perapian s

auna orang-orang Kristen selama 1,5 tahun.

Mereka Meruntuhkan Kekhalifahan

Meskipun perang salib yang mereka lancarkan tidak membuahkan hasil secara militer, namun berhasil menancapkan kuat di dalam rongga-rongga dada kaum salib akan kebencian yang amat sangat terhadap Islam. Kekalahan telak dalam setiap agresi salib yang mereka lancarkan membuat mereka terus mempelajari rahasia di balik kekuatan Islam. Evaluasi besar-besaran pun dilakukan. Mereka menyadari bahwa kekuatan kaum muslimin berkutub di kekhalifahan. Islam akan sangat kuat jika terpayungi khilafah yang kuat. Pun sebaliknya, akan sangat lemah jika kekhalifahan tidak ada.

Kemudian, tujuan mereka berganti. Dari yang hanya berkeinginan merebut kembali tanah-tanah yang dikuasai Islam, ke penaklukan adidaya Islam di jantung pusat kekhalifahan Turki. Umat kristiani di Eropa pun menyelenggarakan 13 organisasi menentang Turki pada tahun 978 H atau bertepatan dengan tanggal 25 Mei 1571 M.

Selain mendapatkan serangan konspirasi dari luar, khilafah Utsmaniyah juga mendapatkan serangan dari dalam yaitu keberadaan organisasi-organisasi oposisi yang mayoritas anggotanya adalah orang-orang Yahudi. Dari sinilah terlahir Musthafa Kamal yang bergelar ‘Attaturk’ yang berarti ‘Bapak orang-orang Turki’.

Meski kekhalifahan belum runtuh, namun taring-taring kekhalifahan telah diompongkan paksa. Hingga puncaknya pada tanggal 3 Maret 1942 M atau tahun 1342 H, badan legislatif mengangkat Musthafa Kamal sebagai Presiden Turki dan membubarkan Khilafah Islamiyah untuk selamanya. Khilafah Islamiyah pun runtuh. Tak lam setelah itu, khalifah Abdul Hamid II dan sisia pemerintahan diusir dari bumi Turki dan aset kekayaan disita penguasa yang baru.Ia lahir pada tahun 1880 di kota Salonaka (sebuah kota Yahudi) yang berpenduduk 140.000 jiwa. Delapan puluh ribu diantaranya adalah orang-orang Yahudi Spanyol dan dua puluh ribu lagi adalah orang-orang Yahudi Al-Dunama, yakni kaum Yahudi yang berpura-pura masuk Islam. Konon Ibunya yang bernama Zubaedah hamil dari hasil perzinahan dengan salah seorang pria bernama Abdul Muhsin Agha, maka lahirlah Musthafa Kamal yang tidak diketahui nama kakeknya, baik dari ibu atau dari pihak ayah.

Singkat cerita, Musthafa Kamal merebut kekuasaan dari tangan khalifah dan menjadikan khalifah sebatas lambang yang tidak memiliki wewenang untuk memerintah atau melarang. Ia pisahkan negara dengan agama dan melucuti khalifah khalifah dari jabatannya. Pada akhirnya dialah yang berkuasa penuh memim

pin negara Turki sesuai dengan skenario yang disancang negara penjajah.

Di bawah kepemimpinan Musthafa Kamal, kebijakan yang menampakkan kebencian terhadap Islam sangat terasa. Ia melarang pemakaian peci dan sorban, dan sebagai gantinya ia perbolehkan pemakaian topi. Ia larang penulisan dengan huruf Arab dan memerintahkan penulisan dengan huruf latin. Ia perangi segala bentuk komunitas muslim dan membangkitkan nasionalisme Turki. Ia larang kaum wanita mengenakan busana muslimah dan sebaliknya memerintahkan mengumbar aurot dan menganjurkan hubungan bebas antara laki-laki dan perempuan. Yang lebih parah, ia mengganti lafadz adzan dengan bahasa Turki, membubarkan sekolah-sekolah Islam dan pengadilan-pengadilan syariat Islam. Ia hapus penggunaan kalender hijriyah, menutup dua masjid besar di Istanbul, yaitu masjid Aya Sofia dan masjid Muhammad Al-Fatih. Ia juga melaksanakan hukuman mati terhadap ratusan ulama Islam di kota Mnanamim.

Setelah kekhilafahan runtuh, kemiskinan menjadi bencana yang menyebar rata ke seluruh pelosok negeri, harga-harga melambung tinggi, bahan pangan semakin menipis, barang dagangan menghilang di pasar, ternak mati karena kekurangan rumput, kemarau merusak sebagian hasil pertanian. Maka jadilah kehidupan itu sebagai beban derita yang tak terpilukan. Kemiskinan telah mencapai suatu batas dimana tak pernah terjadi hal yang serupa sebelunya.

Berbagai Strategi Menghancurkan Islam

Memang benar apa yang termaktub di dalam Al-Qur’an, musuh-musuh Islam tidak akan pernah rela Islam berjaya. Belum puas dengan runtuhnya khilafah Islamiyah, mereka merancang berbagai strategi baru untuk menghancurkan Islam. Berikut diantaranya:

  1. Imperialisme (penjajahan) Modern, adalah usaha suatu bangsa untuk menguasai bangsa lain. Strategi ini muncul pertama kali pada alhir abad XIX, setelah kekalahan kerajaan Islam Turki Utsmani. Kaum imperialis menggunakan kekuatan militer untuk mendukung invasi pemikiran. Juga selalu berusaha memecah belah persatuan Islam dengan menghidupkan nasionalisme. Mereka juga memberikan dukungan kepada berbagai aliran sesat seperti Ahmadiyah.
  2. Orientalisme, yaitu sebuah studi yang dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap negara dan bangsa Timur, khususnya Islam, dengan tujuan menghancurkannya. Sejarah mencatat, munculnya orientalisme pertama kali tatkala bangsa Barat takjub dengan kebesaran keilmuan bangsa Islam yang mampu menguasai daratan Eropa saat itu. Para orientalis berjuang memunculakan keraguan dalam hati kaum muslimin akan agamanya.
  3. Kristenisasi, yaitu upaya penyebaran agama Kristen ke tengah-tengah bangsa dunia. Ide ini dicetuskan oleh Raymond Lull. Sebenarnya tujuan kristenisasi adalah imperialisme (penjajahan), namun banyak para missionaris (penyebar agama kristen) yang memanfaatkannya sebagai lahan mengeruk untung perniagaan, ada juga yang menggunakannya untuk menutupi perbuatan amoral mereka.
  4. Zionisme, adalah sebuah gerakan politik ekstrem orang-orang Yahudi yang berupaya mendirikan sebuah negara Yahudi di Palestina. Zionisme berasal dari sebuah nama gunung “Zion” di Al-Quds. Theodr Herzl adalah tokoh Yahudi pertama yang berhasil mengumpulkan orang-orang Yahudi sedunia pada konferensi Zionisme Internasional I pada tahun 1897. Sejak saat itu, Yahudi mulai menata organisasi-organisasi yang mengarah pada pembentukan negara Yahudi (Israel). Mereka memandang bahwa cara yang terbaik untuk bisa mendominasi dunia adalah dengan mendirikan sebuah pemerintahan atas dasar kekuatan intimidasi dan kekerasan.

Akhirnya, seorang muslim yang bijak tidak akan pernah melupakan sejarah. Sejarah ada, untuk dijadikan evaluasi di masa mendatang. Tak kalah pentingnya, sejarah tentang dunia Islam dan berbagai ancaman yang dilakukan oleh musuh-musuh Nya. Semoga dengan coretan yang sedikit ini mampu memotivasi kita untuk lebih mencintai Islam dengan terus berjuang membelanya. Karena, musuh-musuh Allah tidak akan pernah rela Islam berjaya. Selamanya. Wallahua’lam bish showab.

Followers

Silahkan mengambil artikel yang ada di blog ini asal mencantumkan sumbernya.BUKU CATATAN MEDIA. Diberdayakan oleh Blogger.

 

© 2013 BUKU CATATAN MEDIA. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top